ivaa-online.org

Kerupuk

Kerupuk merupakan singkatan dari Komunitas Peduli Ruang Publik Kota yang beranggotakan 13 orang dari berbagai latar belakang. Mereka adalah Anggi Minarni (Direktris Lembaga Kebudayaan Indonesia-Belanda Karta Pustaka), Agus Leonardus (fotografer), Ahmad Husni M.D. (dosen FH UMY), Bernie Liem (pemilik Hotel Phoenix, sekarang Hotel Mercure), Dwita Hadi Rahmi (dosen FT Arsitektur UGM), Hermanu (seniman, manajer Bentara Budaya Yogyakarta), Kuss Indarto (penulis, ilustrator), Laretna T. Adishakti (planer, dosen FT Arsitektur UGM), "Ong" Hari Wahyu (seniman, disainer), Samuel Indratma (seniman), Sumbo Tinarbuko dan Suwarno Wisetrotomo (keduanya dosen FSR Institut Seni Indonesia Yogyakarta), serta Yuswantoro Adi (pelukis).
Komunitas tersebut bermula dari kecurigaan Anggi atas proyek tamanisasi yang dilakukan oleh DKKP (Dinas Kebersihan, Keindahan, dan Pemakaman) Yogyakarta. Median jalan boulevard di Jalan Suroto Kotabaru akan dibenahi oleh DKKP. Beberapa hal seperti manipulasi lomba desain taman, anggaran yang besar untuk waktu yang singkat, serta pengingkaran nilai historis dari boulevard membuat Anggi membentuk komunitas ini.
Kerupuk bukanlah sebuah lembaga yang sangat kaku atau sifatnya mengikat. Ia lebih sebagai lembaga yang cair, karena mungkin anggota di dalamnya sangat memiliki mobilitas yang tinggi. Mobilitas yang tinggi mengakibatkan sulitnya mengatur sebuah komunitas secara ketat.
Namun, sifat komunitas yang cair tidak menjadi soal untuk tidak berkontribusi bagi publik. Pada 11 Oktober 2014 mereka menginisiasi Aksi Seni Rupa Publik dengan tema “Di Sini Akan Dibangun Mall” (DADM). Banyak seniman muda Yogyakarta yang terlibat. Seniman Entang Wiharso membuat 3 patung kepala manusia di Bunderan UGM dengan diberi papan bertuliskan DADM. Lalu di depan Benteng Vredeburg kelompok Gelaran membuat lomba menulis indah dengan tema Di Sini Akan Dibangun Mall. Selain itu seniman keramik Mali membuat candi dengan bahan batu bata di Alun-alun Utara, sebagai halaman depan Keraton Yogyakarta.
Kerupuk sebagai sebuah komunitas yang cair mencoba mengkritisi pemerintah perihal kebijakan publik. Terlebih lagi kebijakan yang melibatkan ruang publik menjadi sorotan utama mereka. Setidaknya apa yang telah mereka lakukan, seperti fenomena ‘tamanisasi’ oleh DKKP hingga Aksi Seni Rupa Publik DADM, menjadi pesan khusu untuk pemerintah dan publik.